Halaman

Senin, 10 Januari 2011

Nilai - Nilai Budaya Tolaki

Seperti juga wilayah Indonesia lainnya, di Sulawesi Tenggara khususnya daerah Konawe dan Kolaka memiliki khasanah budaya khas. Kekhasannya tersebut diwujudkan dalam bentuk adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat, yang mengandung unsur-unsur budaya setempat. Unsur budaya tersebut memberi warna tersendiri kepada masyarakat pendukungnya sehingga membedakan dengan yang lain, unsur budaya tersebut antara lain kesenian, senjata tradisional, pakaian tradisional dan arsitektur tradisional.

a. Kesenian

Daerah Sulawesi Tenggara memiliki bentuk kesenian asli yang hingga kini masih dipertahankan dan dilestarikan. Kesenian tradisional tadi terdiri dari seni tari, seni suara, dan seni ukir atau seni pahat. Beberapa seni tari yang berkembang antara lain:

· Umoara; merupakan sebuah tarian perang yang ditarikan untuk menyambut tamu agung pada saat perkawinan para bangsawan, mengantar jenaza bangsawan, maupun sebagai tarian dalam upacara pelantikan seoranng raja. Tarian ini memerlukan keterampilan khusus seperti ketangkasan, kewaspadaan dalam menyerang musuh dan membela diri dalam pertempuran.

· Mowindahako; merupakan tarian para bangsawan yang telah berhasil meminang gadis pujaannya.

· Molulo; merupakan tarian pergaulan yang sangat digemari oleh suku bangsa tolaki yang ditarikan pada waktu-waktu tertentu dengan jenis tarian molulo tertentu pula, misalnya ketika usai panen, bila terjangkit suatu wabah penyakit menular, dan sebagainya. Molulo ore-ore, merupakan salah satu jenis tarian yang di bunyi-bunyian yang disebut ore-ore yang dibuat dari bambu. Biasanya ditarikan menjelang musim panen untuk menghormati dewi padi.

· Dinggu; sebuah tarian yang menggambarkan sifat kegotong-royongan dalam bekerja bersama dalam menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung menciptakan irama tersendiri yang menyentuh kalbu.

Sebagai pengiring tari-tarian tradisional dikenal juga bentuk seni suara yang berupa pantun-pantun. Pantun-pantun tersbut dilantunkan oleh seseorang dan kemudian disambut beramai-ramai (paduan suara) oleh yang lain. Bagi kaum wanita suku bangsa tolaki mempunyai keahlian khusus yakni menenun kain sarung yang umumnya mempunyai warna khas hitam bercorak putih perak atau kuning emas. Selain itu juga dikenal pembuatan anyaman-anyaman yang dalam bahasa daerah disebut Moana, berupa tikar yang dibuat dari daun pandan, agel.

b. Senjata tradisional

Masyarakat Sulawesi Tenggara mengenal bentuk senjata tradisional keris (pengaruh jawa) yang dibuat dari bahan besi dengan pamor perak, sedangkan hulunya terbuat dari gigi ikan duyung. Senjata ini dipergunakan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara sebagai alat bela diri selain juga dipergunakan sebagai perlengkapan pakaian adat dalam upacara.

c. Pakaian

Pakaian adat yang biasa dikenakan oleh orang tolaki untuk pria biasanya bertutup kepala (destar), baju model jas tutup, sarung sebatas dengkul dan celana panjang. Sedangkan untuk wanita berupa baju kebaya (pengaruh jawa), kain selempang dan sarung. Sebagai hiasan kepala digunakan kembang serta perhiasan lainnya berupa antinng-anting, kalung, dan gelang.

Selain itu ada juga pakaian adat pernikahan yang disebut babunggawi, pakaian ini disebut juga babumbineboto (untuk pengantin wanita), bisa anda baca selengkapnya di postingan saya yang berjudul pakaian adat pernikahan tolaki....

d. Arsitektur tradisional

Seni bangunan tradisional yang berkembang di daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya adalah segi empat memanjang dan berbentuk panggung (pile dwelling) yang agak tertutup. Kamarnya tidak berdiding dengan jendela yang terbatas dan berukuran kecil. Pada lisplangnya terdapat ukiran-ukiran seperti pada pintu masuk dan mempunyai beberapa anak tangga.

Pembagian ruangannya biasanya terdiri atas ruangan untuk menerima tamu pada bagian muka, ruang tempat menerima tamu bagian dalam, runag makan merangkap dapur dibagian belakang serta dibagian muka dengan lantai tanah tanpa dinding digunakan untuk menumbuk padi. Kolong rumah biasa difungsikan sebagai kandang ayam. Rumah adat ini terbuat dari bahan balok-balok kayu sebagai tiang dan badan rumah; papan digunakan untuk lantai dan dinding, sedangkan atapnya menggunakan daun rumbia, alang-alang dan nipah.



Sumber bacaan:

Depdikbud. 1974. Monografi Daerah Sulawesi Tenggara. Proyek peningkatan Budaya Sulawesi Tenggara. Hlm. 84-86

Tidak ada komentar:

Posting Komentar