Halaman

Minggu, 13 Februari 2011

sebelum terlupa...

Assalaamu'alaikum ... apa kabar sahabat? sebelum tenggelam lebih jauh didalam kesibukan, rehat sebentar yuk dengan cerita ringan humor namun tetap dalam jalur kebenaran ..

kok gitu? iya dong .. sebagai muslim .. kita memang sekali waktu memerlukan humor, namun bukanlah humor yang dikarang2 hanya semata agar orang bisa tertawa ... teteupp, humor juga ada rambu2nya ;)

Dalam Alquran surat Annajm [53] ayat 43, dijelaskan bahwasanya tertawa dan menangis adalah fitrah yang Allah SWT anugerahkan pada manusia. Rasulullah SAW pun meyebutkan bahwa membuat orang lain senang dapat disebut sebagai kebajikan, ”Senyummu untuk saudaramu adalah kebajikan (sedekah).” (HR Imam Ahmad).

Pernah suatu ketika Sufyan bin Uyainah ditanya apakah canda itu termasuk perbuatan tercela? Ia menjawab tidak, ”Bahkan, termasuk sunah bagi yang dapat mengondisikannya sesuai dengan aturan.”

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga sesekali bercanda .. kayak gimana ya candanya Rasulullah SAW?

Dikisahkan dalam sebuah riwayat, ada seorang laki-laki meminta pada Rasulullah agar membawanya di atas kendaraan. Kemudian, Rasulullah berkata, ”Aku akan membawamu di atas anak unta.”

Orang tadi bingung karena ia hanya melihat seekor unta dewasa, bukan anak unta. Kemudian, Rasulullah berkata, ”Bukankah yang melahirkan anak unta itu seekor unta juga?” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).


Ada lagi candanya rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang cukup terkenal, yakni ketika beliau mencandai seorang nenek-nenek .. hingga si nenek menangis berputus harap ... :D tentu saja, setelahnya Rasulullah SAW memberikan penjelasan hingga akhirnya nenek pun bisa tersenyum kembali ... [iyalah tersenyum, kalo ngakak kan malu sama ompongnya] :D


canda Rasulullah SAW kali ini kita dengar aja ya dari kisah Kyai kocak lagi .. mangga disimak .. ;)


-------------------------------------------------------------------------------------



”Maaf kyai, saya datang lagi”, seorang nenek bertandang.



”Ayo, silahakan duduk”.



“Terima kasih kyai, merepotkan lagi”, sang nenek seolah tak enak hati.



”Bu, bikin teh tubruk dan pisang gorengnya sekalian”, kyai meminta isterinya menghidangkan sajian.



”Tak usah repot-repot kyai”.



”Ngomong-ngomong, ada perlu apa lagi?”



”Pak kyai, saya mau ngucapin terima kasih. Do’a-do’a pak kyai tempo hari terbukti semua. Sekarang saya tentrem. Anak-anak semua perhatian. Pada rukun kabeh”.



”Alhamdulillah, tapi itu bukan semata-mata do’a saya. Usaha anak-anak nenek juga”.



”Ya, tapi kami semua percaya do’a kyai lebih didenger Tuhan”, nenek memuji-muji.



”Ah, jangan begitu. Semua do’a siapapun berhak didengar Tuhan”, kyai merendah.



”Kali ini, saya minta do’a lagi. Do’a yang paling akhir buat saya yang sudah renta”, nenek merajuk.



“Do’a apa itu?”,kyai percaya diri banget.



“Tolong do’akan saya agar saya masuk surga?”



“Wah, kalo yang ini, saya tidak bisa nek. Do’a yang lain saja yah!”.



”Engga, saya maunya do’a yang ini”, nenek ngotot .



”Do’a yang begini engga bakal diterima, nek. Saya nyerah. Do’a yang lain saja”, kyai panik.



”Kok, begitu. Bapak kan kyai?”, nenek mulai kesel.



”Jangankan kyai, Nabi aja engga mau do’ain nenek-nenek masuk surga”, kyai membela diri.



”Apa alasannya??”, nenek putus asa.



”Anu, nek. Di surga tidak ada nenek-nenek!”.



”Haaaaa, oh my god!!”, nenek histeris. Langsung angkat pantat. Tanpa permisi kabur meninggalkan rumah kyai.



Kyai memangil, ”Neeek, pisang gorengnyaaaaa”.



”Ora doyaaaaan”, nenek menjawab setengah teriak.



Esoknya, kyai berkirim surat meminta sang nenek membaca surat Al-Waaqi’ah [56] : 35 sampai dengan 37).



Ciputat, Januari 2011, special for my energic grandma, Jidah Faridah Yamani, semoga menjadi bidadari di surga kelak. Aamiin.


[Abdul Mutaqin]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar