Halaman

Kamis, 22 September 2011

sejarah kota kendari part 2



Penemu, penulis dan pembuat peta pertama tentang Kendari adalah Vosmaer (berkebangsaan Belanda) tahun 1831. Pada tanggal 9 Mei 1832 Vosmaer membangun istana raja Suku Tolaki bernama TEBAU disekitar pelabuhan Kendari, dan setiap tanggal 9 Mei pada waktu itu dan sekarang dirayakan sebagai hari jadi Kota Kendari.

Pada zaman kolonial Belanda Kendari adalah Ibukota Kewedanan dan Ibukota Onder Afdeling Laiwoi. Kota Kendari pertama kali tumbuh sebagai Ibukota Kecamatan, dan selanjutnya berkembang menjadi Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, dengan perkembangannya sebagai daerah permukiman, pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau. Luas kota pada saat itu ± 31.400 km2.

Dengan terbitnya Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Jo. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1964, Kota Kendari ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 2 (dua) wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dengan luas Wilayah +/- 75,76 Km2.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1978, Kendari menjadi Kota Administratif yang meliputi tiga wilayah kecamatan yakni Kecamatan Kendari, Mandonga dan Poasia dengan 26 kelurahan dan luas wilayah +/- 18.790 Ha. Mengingat pertumbuhan dan perkembangan Kota Kendari, maka dengan keluarnya Undang–Undang Nomor 6 Tahun 1995 Kota Kendari ditetapkan menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II Kendari, dengan luas wilayah mengalami perubahan menjadi 295,89 Km2.

SEJARAH KOTA KENDARI ::

Terbentuknya Kota Kendari diawali dengan terbukanya Teluk Kendari menjadi pelabuhan bagi para pedagang, khususnya pedagang Bajo dan Bugis yang datang berdagang sekaligus bermukim di sekitar Teluk Kendari. Fenomena ini juga didukung oleh kondisi sosial politik dan keamanan di daerah asal kedua suku bangsa tersebut di kerajaan Luwu dan Kerajaan Bone.

Pada awal abad ke-19 sampai dengan kunjungan Vosmaer (seorang Belanda) pada tahun 1831, kendari merupakan tempat penimbunan barang (pelabuhan transito). Kegiatan perdagangan kebanyakan dilakukan oleh orang Bajo dan Bugis yang menampung hasil bumi dari pedalaman dan dari sekitar Teluk Tolo (Sulawesi Tengah). Barang-barang tersebut selanjutnya dikirim ke Makassar atau ke kawasan Barat Nusantara sampai ke Singapura.

Berita tertulis pertama Kota Kendari diperoleh dari tulisan Vosmaer (1839) yang mengunjungi Teluk Kendari untuk pertama kalinya pada tanggal 9 Mei 1831 dan membuat peta Teluk Kendari. Sejak itu Teluk Kendari dikenal dengan nama Vosmaer’s Baai (Teluk Vosmaer). Vosmaer kemudian mendirikan Lodge (Loji=kantor dagang) di sisi utara Teluk Kendari. Pada tahun 1832 Vosmaer mendirikan rumah untuk Raja Laiwoi bernama Tebau, yang sebelumnya bermukim di Lepo-lepo.

Mengacu pada informasi tersebut, maka Kota Kendari telah ada pada awal abad ke-19, dan secara resmi menjadi ibu kota Kerajaan Laiwoi pada tahun 1832, ditandai dengan pindahnya istana Kerajaan Laiwoi di sekitar Teluk Kendari; dengan demikian, Kota Kendari sebagai ibu kota sudah berusia sekitar 176 tahun, dan jauh sebelum itu telah ada perkembangan sejarah masyarakat di wilayah Kota Kendari sekarang ini.

Kota kendari dalam berbagai dimensi dapat dikatakan sudah cukup tua. Hal didasarkan pada beberapa sumber baik secara lisan maupun dokumentasi. Jika Kota Kendari dilihat dari fungsinya, maka dapat disebut sebagai kota dagang, kota pelabuhan, dan kota pusat kerajaan. Kota Kendari sebagai kota dagang merupakan fungsi yang tertua baik sumber lisan dari pelayar Bugis dan Bajo maupun dalam Lontara’ Bajo, dan sumber penulis Belanda (Vosmaer,1839) dan penulis Inggris (Heeren, 1972) menyatakan bahwa para pelayar Bugis dan Bajo telah melakukan aktivitas perdagangan di Teluk Kendari pada akhir abad ke-18 ditunjukkan adanya pemukiman kedua etnis tersebut disekitar Teluk Kendari pada awal abad ke-19. Sebagai fungsi kota pelabuhan dapat dikatakan pada awal abad ke-19, menyusul fungsi Kota Kendari sebagai kota pusat Kerajaan Laiwoi pada tahun 1832 ketika dibangunnya istana raja di sekitar Teluk Kendari.

Pada waktu Mokole Konawe Lakidende wafat maka Tebau Sapati RanomeEto sudah mengaggap diri sebagai kerajaan sendiri lepas dari kerajaan konawe, dan sejak itu pula Tebau Sapati RanameEto mengadakan hubungan dengan pihak belanda yang kemudian pada waktu belanda datang di wilayah RanomeEto diadakanlah perjanjian dengan Belanda di tahun 1858 yang ditanda tangani oleh ”Lamanggu raja Laiwoi” dan di pihak belanda ditandatangani oleh A.A. Devries atas nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Dan di tahun 1906 pelabuhan Kendari yang dulunya dikenal dengan nama ”Kampung Bajo” dibuka untuk kapal-kapal Belanda. Dengan demikian mengalirlah pedagang-pedagang Tiong Hoa datang ke Kendari. Perhubungan jalan mulai dibangun sampai kepedalaman. Raja diberi gelar Raja Van Laiwoi dan rakyat mulai di resetle membuat perkampungan dipinggir jalan raya. Kendari berangsur-angsur dibangun jadi kota dan tempat-tempat kedudukan district Hoofd.

Kota Kendari dimasa Pemerintahan kolonial Belanda merupakan ibukota kewedanaan dan ibukota onder Afdeling Laiwoi yang luas wilayahnya pada masa itu kurang lebih 31,420 km2. Sejalan dengan dinamika perkembangan sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau, maka kendari terus tumbuh menjadi ibukota Kabupaten dan masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dengan keluarnya Undang-undang nomor 13 tahun 1964 terbentuklah Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kendari ditetapkan sebagai ibukota Provinsi yang terdiri dari 2 (dua) wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dengan luas wilayah 76,760 km2.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1978 Kota Kendari ditetapkan menjadi Kota Administratif yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kecamatan dengan luas wilayah 187,990 km2 yang meliputi Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Poasia.

Selama terbentuknya Kota Kendari, berturut-turut menjadi Walikota sebagai berikut :
1 H. MANSYUR PAMADENG Tahun 1978 - 1979
2 Drs. H.M. ANTERO HAMRA Tahun 1980 - 1985
3 Drs. H. ANAS BUNGGASI
Tahun 1985 – 1988
4 H. ADY MANILEP Pelaksana Tugas Tahun 1988 – 1991
5 Drs. A. KAHARUDDIN Pelaksana Tugas Tahun 1991 – 1992
6 Drs. USMAN SABARA Pelaksana Tugas Tahun 1993 – 1995
7 Drs. H. LM. SALIHIN SABORA Tahun 1993 – 1995
8 Kol. (Inf) A. RASYID HAMZAH Pelaksana Tugas Tahun 1995
Melalui perjuangan panjang dan tekad warga kota untuk merubah status kota administratif menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II sebagai daerah otonom, maka dengan keluarnya undang-undang No. 6 tahun 1995 tanggal 3 Agustus 1995 Kota Administratif Kendari ditetapkan menjadi Kotamadya Dati II Kendari yang diresmikan oleh Bapak Mentri Dalam Negeri pada tanggal 27 September 1995 dan tanggal ini pula ditetapkan sebagai hari lahirnya Kotamadya Dati II Kendari.

Dengan terbentuknya Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari, maka sebagai Walikotamadya KDH Tk.II Kendari, berturut-turut :

1. Drs. LASJKAR KOEDOES Pj. Walikotamadya KDH Tk. II Kendari sejak 20 September 1995 sampai 27 September 1996 Ketua DPRD Bapak Letkol (Laut) SOEKARNO, SH dengan jumlah anggota DPRD sebanyak 20 orang.
2. Drs. H. MASYHUR MASIE ABUNAWAS, Walikota Kendari mulai 27 September 1996 - tahun 2001 sebagai ketua DPRD-nya Letkol (Laut) SOEKARNO, SH
Hasil PEMILU Tahun 1999 menetapkan sebagai Ketua DPRD terpilih adalah Bapak H. HAERUDDIN PONDIU dengan jumlah anggota DPRD sebanyak 25 orang.
3. Drs. H. A. KAHARUDDIN, Pj Walikota Kendari Tahun 2002
4. Drs. H. MASYHUR MASIE ABUNAWAS, M.Si, Walikota Kendari dan Ir. ANDI MUSAKKIR MUSTAFA, MM sebagai Wakil Walikota mulai tahun 2002 – 2007 dan dari hasil PEMILU tahun 2003 menetapkan sebagai Ketua DPRD Bapak BACHRUN KONGGOASA dengan jumlah anggota DPRD sebanyak 30 orang.
5. Ir. H. ASRUN, M. Eng. Sc. sebagai Walikota dan H. MUSADAR MAPPASOMBA, SP., MP. Wakil Walikota Kendari periode 2007-2012 yang dilantik pada tanggal 8 Oktober 2007 oleh Gubernur atas nama Mendagri.

Sejak, Kota Kendari mulai dikenal sejak itu pula dimulai pembangunan secara bertahap sesuai dengan kondisi waktu itu hal ini tentunya tidak luput dari perkembangan penduduk dan dinamika pembangunan yang dibuktikan dengan adanya pemekaran wilayah mulai dari luas 31,420 Km2 sampai luas 295,89 Km2.

Secara Administratif Kota Kendari berbatasan dengan:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia dan Kecamatan Sampara
• Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sampara, Kecamatan Ranomeeto dan Kecamatan Konda.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, Maka istilah Dati II dan Kotamadya berubah menjadi Kabupaten/Kota.

Kota Kendari hingga saat ini telah mempunyai 10 (sepuluh) Wilayah Kecamatan dan 64 Kelurahan, Jumlah penduduk Kota Kendari Tahun 2006 berjumlah kurang lebih 244.586 jiwa terdiri 119.529 jiwa laki-laki dan 125.057 jiwa perempuan dengan tingkat pertumbuhan Ekonomi tahun 2006 mencapai 7,64%. Kota Kendari didiami oleh 4 kelompok suku besar yaitu Tolaki, Muna, Buton, Bugis-Makassar, namun yang unik bahwa semua etnis yang ada diwilayah Indonesia dapat dijumpai di Kota Kendari.

Heterogenitas masyarakat yang sangat membanggakan adalah masyarakatnya selalu ingin hidup berdampingan dengan damai menjaga persatuan dan kesatuan, sehingga stabilitas daerah tetap terjaga dengan baik; hal ini merupakan modal dasar untuk melakukan pembangunan demi kemajuan dan perkembangan kota dimasa sekarang dan yang akan datang.

Untuk mengantisipasi kemajuan perkembangan pembangunan, Pemerintah Kota bersama masyarakat membangun Visi Kota Kendari kedepan yaitu: ”MEWUJUDKAN KOTA KENDARI TAHUN 2020 SEBAGAI KOTA DALAM TAMAN YANG BERTAKWA, MAJU, DEMOKRATIS, MANDIRI DAN SEJAHTERA”.

”KOTA YANG MAJU”, artinya Kota ini harus dapat berkembang sejajar dengan kota-kota lain dalam konteks paradigma yang berlaku, kondisi sosial, ekonomi dan budayanya yang maju, tetapi lingkungan fisik juga terpelihara dengan baik,

”DEMOKRATIS” berarti kota yang dapat menerima perbedaan, mengembangkan keterbukaan, mendorong partisipasi masyarakat serta memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk megembangkan potensi dirinya, serta pemerintahan yang dapat mengakomodir segala permasalahan dan persoalan yang ada dalam wilayahnya.

”MANDIRI” berarti kota ini tidak berdiri sendiri dan kerjasama atau kemitraan baik interen maupun eksteren. Diantara komponen warga kota dapat mengembangkan kemitraan, begitu juga kemitraan dengan kota-kota lain.

”SEJAHTERA”, bahwa kota ini harus dapat memberikan kesejahteraan bagi warganya baik secara lahir maupun batin. Untuk mendukung visi kota, maka visi yang akan diemban adalah ”(1) misi lingkungan (2) misi sosial kemasyrakatan (3) misi pelayanan (4) misi perekonomian (5) misi profesionalisme aparat dan (6) misi kepemerintahan yang baik (Good Governance)”.

Kemudian misi tersebut diimplementasikan kedalam 3 (tiga) strategi pendekatan yang meliputi;
1. Peningkatan kualitas SDM, yang meliputi aspek head, heart, dan hand.
2. Catur Bina, yang meliputi bina spiritual, bina sosial ekonomi, bina fisik/lingkungan, dan bina kamtibmas.
3. Peningkatan Daya Saing Kota, meliputi aspek ethics and law enforcement, employment, environment, equity and engegement.

Demikianlah selayang pandang Kota Kendari yang kita cintai ini.

Rabu, 21 September 2011

Kenali Penyakit dari Kondisi Mulut Kondisi mulut berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.

VIVAnews - Mencegah lebih baik dari mengobati. Pepatah yang sudah sering Anda dengar itu mungkin dapat dilakukan dengan cara sederhana: menyikat gigi dan membersihkan gusi. Menurut para ahli, menyikat gigi dua kali sehari dapat mencegah penyakit jantung dan stroke.

Memang sulit dipercaya bahwa dengan menyikat gigi beberapa menit dapat memberikan dampak yang besar bagi kesehatan. Namun fakta menunjukkan mulut berperan sebagai ‘gerbang’ dari seluruh tubuh dimana gigi dan gusi seseorang dapat mewakili kesehatannya.

“Ada tambahan bukti yang mendukung fakta bahwa kondisi mulut dapat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Karena itu sangat penting menjaga gigi Anda dan itu mungkin dapat memperpanjang usia Anda,” kata direktur klinis dari Kedokteran Gigi di Ultrasmile, Dr. Thang Nghiem seperti yang dilansir dalam laman Sun edisi 22 September 2011.

Menurutnya beberapa penyakit dapat diketahui dari kondisi mulut seseorang, seperti sakit kuning, radang sendi, anemia, bahkan HIV. Berikut beberapa kondisi mulut yang mungkin disebabkan karena penyakit :

Mulut Kering
Mulut Kering umumnya disebabkan kurang minum air, alergi atau merokok. Namun apabila Anda tidak berada dalam ketiga kondisi tersebut dan mulut masih kering, hati-hati, mungkin itu tanda penyakit sindrom Sjogern. Dr Nghiem mengatakan sindrom ini menyerang kekebalan tubuh dan menghancurkan kelenjar yang memproduksi air mata dan liur sehingga mulut dan mata menjadi kering.

Gigi Retak/patah
Hal ini merupakan pertanda refluks, yaitu kondisi dimana asam dari perut naik ke kerongkongan. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa mulas pada perut dan gangguan lainnya. Dr Nghiem mengatakan asam surut harus ditangani oleh dokter.

Lidah memutih
Lidah yang berubah warna menjadi putih pucat dapat berarti Anda terjangkit kanker mulut. “Tanda utama kanker mulut adalah lidah pucat dan pipi cekung. Tanda lainnya adalah warna belang putih dan merah atau bisul pada mulut,” kata Dr Nghiem.

Bisul
Bisul pada mulut tidak boleh dianggap remeh. Itu dapat menjadi awal tanda terjadinya radang usus besar atau penyakit Crohn. Penyakit Crohn merupakan infeksi usus yang menyerang semua sistem pencernaan, termasuk mulut.

Warna kuning di bawah lidah
Langit-langit mulut atau permukaan bawah lidah yang menguning dapat menandakan penyakit hati. Dr Nghiem menjelaskan kedua tempat tersebut merupakan tempat pertama yang menguning. Apabila kondisi sudah semakin parah, warna kuning juga akan terlihat pada seluruh permukaan halus dalam mulut.

Lidah memerah
Orang yang kekurangan darah dapat menunjukkan tanda glositis, radang pada lidah yang mengakibatkan lidah memerah dan kelihatan licin. Tanda lainnya adalah retakan berwarna merah pada sudut mulut.

Sariawan
Dr Nghiem mengatakan sariawan bisa menjadi indikasi pertama penyakit HIV. Tapi jangan panik terlebih dahulu. Sariawan dapat disembuhkan dengan steroid dan penggunaan antibiotik untuk menyingkirkan faktor-faktor lainnya.

Tanda-tanda lain orang yang terjangkit HIV , yaitu warna merah pada lidah atau lidah yang kelihatan berbulu, kutil atau bisul pada gusi, bibir, dan mulut. Anda yang merasa ragu-ragu disarankan langsung berkonsultasi dengan dokter gigi atau dokter umum Anda.

Gigi Usang dan datar
Gigi yang usang dan datar bisa jadi orang biasanya disebabkan orang tersebut menggertakan giginya. Bisa jadi itu pertanda stres. “Penjagaan pada mulut sangat penting untuk mencegah usangnya email gigi,” katanya.

Penyakit gusi
Penyakit pada gusi umumnya disebabkan oleh plak gigi yang mengakibatkan warna merah dan infeksi pada gusi serta pendarahan ketika menggosok gigi. Dr Nghiem mengatakan studi terbaru menunjukkan ada hubungan antara penyakit gusi dengan penyakit jantung dan stroke. “Hal ini karena bakteri pada penyakit gusi mengaktifkan sel darah putih yang mempengaruhi penyakit jantung dan stroke.

Selain itu, penyakit gusi juga dapat mengakibatkan komplikasi kandungan, termasuk lahir prematur dan bayi yang lahir dengan bobot di bawah normal,” katanya. (Rudy Bun)
• VIVAnews